Bisnis 49 : 03. Pedoman Produk dan Brand
Akhirnya kita memiliki produk yang akan kita jual dalam bisnis baru kita! Apa langkah selanjutnya?
Sebelum mulai berjualan online di Tokopedia atau Shopee, ada baiknya kita melakukan tes pasar terlebih dahulu. Ingat, kita berjualan untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri. Selera kita menjadi tidak penting ketika kita berjualan, kecuali kita hanya mau menyasar kalangan yang sama dengan kita sendiri. Misalnya bila anda orang Palembang dan mau berjualan Pempek, maka bila target pembeli kita adalah orang Palembang yang tinggal di luar Palembang, maka kita bisa buat rasa Pempek yang original, yang cuko nya kental dan makan pempeknya dicocol ke cuko nya. Tapi bila kita menyasar non orang Palembang, maka selera nya akan berbeda. Orang Jawa memakan Pempek direndam kuah yang lebih encer dengan timun dan ebi. Mana yang kualitasnya lebih bagus? Tidak ada, tergantung selera pembeli kita.
Lakukan tes pasar dahulu sebelum memulai berjualan. Berikan kepada teman dan saudara atau calon2 pembeli kita (bila targetnya anak muda usia 18-24, maka beri sample dulu ke mereka untuk dicoba). Bagaimana agar mereka memberi masukan yang jujur? Seringkali teman atau kenalan akan bilang enak atau bagus kalau kita suruh coba produk kita. Sampaikan bahwa ini adalah produk teman atau sepupu jauh, dia sedang minta masukan untuk bisnis barunya. Biasanya dengan cara ini, kita akan dapat masukan yang lebih jujur.
Namun ingat, jangan baperan! terima masukan dengan lapang dada. Lakukan test ke minimal 10 orang, untuk dapat melihat tanggapan yang berbeda, cari masukan2 yang serupa. Jangan ambil kesimpulan dari kritik 1 orang saja, itu belum tentu mewakili selera target pasar kita. Ubah produk, dan lakukan test kembali, jangan hanya ke orang yang sama, tapi lebih luas. Saya melakukan hampir 4x perubahan produk untuk BRV deodorant saya.
Sambil melakukan riset tersebut, kita sudah bisa mulai membuat desain kemasan. Ini sangat krusial, karna kemasan adalah baju produk kita, silent salesman kita, sehingga harus dibuat secara profesional sesuai selera target pasar kita. Ingat, bukan sesuai selera kita ya!
Misalnya kita mau berjualan Sale Pisang untuk oleh oleh khas daerah, maka kita harus tahu kebiasaan calon pembeli kita. Apakah mereka akan memilih sale pisang dengan kotak yang cantik atau cukup dengan plastik dan label stiker yang informatif? Bila target pembeli adalah middle class dan ke bawah, maka kemasan plastik lebih cocok, karna tetap yang diminati adalah yang Murah, Enak, Banyak. Sedangkan bila menyasar pembeli premium untuk keperluan gift, maka kemasan kotak lebih cocok. Jadi sesuaikan, jangan terpancing dengan anjuran membuat kemasan modern, yang belum tentu dibutuhkan calon pembeli kita.
Nah untuk memahami itu semua, sebagai Brand Owner sebaiknya membuat Product Guideline. Ini bisa dipakai sebagai panduan usaha kita, dan ringkasan petunjuk kepada desainer atau reseller kita. Ringkas saja isinya, bisa berisi :
1. Latar belakang didirikan usaha (ini kemudian bisa berkembang menjadi Visi Misi usaha). Misal sulitnya mencari deodorant natural yang tidak memakai baking soda dan semua bahan bakunya natural. Atau bila kisah pribadi juga akan menarik, misalnya ada pengalaman didiagnosa kanker payudara, karena pemakaian deodorant anti pespirant yang berlebihan, sehingga hanya bisa memakai deodorant natural saja.
2. Value / nilai yang ditawarkan. Atau solusi dari masalah. Misal : Anak muda sekarang kurang bergerak, sehingga keringat mungkin tidak keluar berlebih tapi bau badan semakin kuat. Dan deodorant yang ada di pasaran dikhawatirkan dapat mengganggu hormon/gen karna mengandung alumunium dan paraben. Produk deo natural yang beredar masih memakai baking soda yang membuat iritasi kulit, juga tidak ada sertifikasi keamanan BPOM dan Halal nya. Maka kehadiran produk kita, bisa menjawab masalah ini. Valuenya : anak muda bisa tampil lebih percaya diri untuk merebut pekerjaan impiannya.
3. Sekmen, Target dan Positioning. Sekmen pasar yang seperti apa yang kita ingin kita ambil (misal konsumen yang peduli kesehatan dan sadar akan produk natural), dengan target anak usia 18-24, dengan penghasilan minimal 5 jt/bulan, tinggal di perkotaan, senang traveling dan suka nonton netflix (bayangkan konsumen ideal kita). Lalu positioning atau kedudukan kita di antara produk serupa. Apa kelebihan produk kita yang tidak dimiliki kompetitor. Misal BRV Deodorant menjadi deodorant natural pertama yang berbahan baku natural (Vegan), diproduksi produsen kosmetik bersertifikasi ISO 9001, terdaftar BPOM dan Halal, bukan produk rumahan.
4. Spesifikasi produk. Seperti beli mobil, orang ingin tahu, apa isi produk yang mereka beli. Buat spesifikasi sedetail mungkin (bahan baku, warna, tekstur, kemasan, masa kadaluarsa, berat bersih, dsb), semakin detail akan semakin baik.
5. Referensi Kemasan / design. Mulailah melakukan riset di Google atau Pinterest, dengan kata kunci jenis produk kita. Pakai kata kunci dalam bahasa inggris , jepang, russia, korea, dsb untuk mendapat referensi kemasan dari banyak negara. Tinggal pakai google translate aja kan untuk terjemahkan kata kunci itu? copy dan paste gambar gambar tersebut dan masukan dalam 1 halaman. Gunakan google negara tersebut, misalnya untuk Jepang : www.google.co.jp. gunakan VPN bila akses diblokir.
6. Warna. Tentukan tema warna yang mau digunakan untuk brand image produk. Tidak perlu menentukan warna khusus, tapi bisa tema. Misalnya : Summer look, Autumn look, Winter Look atau Bali ethic look, Scandinavian style, India rich culture, dsb. Ini akan membuat kita lebih mudah mengeksplore warna image yang sesuai, tidak terpaku pada 1 warna saja.
Nah setelah kita membuat ini, kita bisa berdiskusi dengan Desainer Grafis. Berikan Product guideline kepada mereka. Biasanya mereka akan memberikan harga sekitar 2-4 juta untuk membuatkan logo, desain kemasan dan kartu nama. Minta mereka membuatkan Brand Guideline dahulu. Brand guideline berbeda dengan Product Guideline. Desainer akan mengusulkan warna yang dipilih untuk look produk dan kemasan, jenis font, dan contoh tampilan di instagram nantinya. Dengan product guideline yang jelas, akan mempermudah desainer memahami keinginan kita sebagai brand owner.
Mengapa tidak buat sendiri saja desainnya? Bila kita memiliki kemampuan kenapa tidak, cuma bila kita menargetkan pasar anak muda, lebih baik kita berikan pada desainer yang juga masih muda, sehingga selera anak muda yang disajikan, bukan selera kita yang sudah mau masuk usia 50!
Menginspirasi skali pak jeff. Terus belajar dn tak henti belajar bersama pak jeff. Sukses dn maju terus pak👍👍👍👍
Panduan yang detil dan aplikatif pak Jeff... Luar biasa.. usul dibuat buku digital biar memberikan manfaat lebih luas ... 👍🥰
Great work Jeff! Inspiring writing. I always can learn from you. Keep up the good work