Saat ini banyak produk perawatan tubuh yang membawa kata "Green Beauty" yang bermakna produk yang berbahan baku alami dan ramah lingkungan pada proses produksinya.
Bermunculannya merek lokal dengan konsep ini menyikapi perubahan perilaku konsumen paska pandemi, yang lebih hati-hati dalam memilih produk perawatan tubuh. Produk berbahan baku alami dianggap lebih aman dan berisiko lebih kecil akan masalah kesehatan di masa depan.
Konsumen perlu jeli mempertimbangkan bahan-bahan alami yang tercantum dalam produk kecantikan rutin, perlu meluangkan waktu untuk membaca label, walau ini bisa menjadi tantangan ketika daftar bahan baku nya panjang sekali dan memakai bahasa latin.
Salah satu produk yang sedang diminati adalah deodoran alami atau natural deodorant. Berbagai merek memakai bahan baku yang berbeda dan terkadang membingungkan pembeli. Malah kebanyakan hanya memakai bahan baku dari dapur seadanya, mengambil resep yang beredar bebas di internet, seperti tepung jagung, baking soda dan minyak kelapa, tanpa ada ijin edar BPOM dan pengawasan yang benar.
Produksi produk untuk kulit membutuhkan pengawasan dan proses produksi yang baik, atau disebut Good Manufacturing Practice (GMP) atau di Indonesia disebut Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB), yang menjamin bahan baku dan proses produksi dilakukan secara hygiene dan minim risiko.
Produk yang sudah memiliki ijin edar BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan), akan mencantumkan Nomor Notifikasi nya, dan bisa di cek di website BPOM. Banyak yang mengaku memiliki BPOM tapi tidak dapat menunjukan nomor NA nya. Contoh yang baik adalah BRV Deodorant varian Tea Tree Lemon bernomor NA18210900037 dan Tea Tree Peppermint bernomor NA18210900036.
Cara lain adalah dengan membaca nama bahan bakunya, persyaratan BPOM mewajibkan produsen mencantumkan nama international bahan baku atau disebut dengan INCI (International Nomenclature Cosmetic Ingredients) dan nama genus (latin) untuk bahan baku tumbuhan atau ekstrak tumbuhan yang dipakai. Jadi apabila menemukan ada produk yang mencantumkan hanya nama popular saja pada kemasannya, kemungkinan belum melewati proses ijin edar BPOM.
Deodoran alami disebut aman bagi kesehatan karna tidak memakai bahan baku aluminium seperti layaknya deodorant yang beredar di pasaran.
Aluminium adalah logam non-magnetis yang membentuk gel untuk menyumbat saluran keringat sementara, dapat mencegah keringat mencapai kulit, dan biasa digunakan dalam antiperspiran dan deodoran. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa, ketika Alumunium diserap oleh kulit, maka dapat mengakibatkan efek seperti estrogen (penyebab kanker) dan Alzeimer. Tapi, seperti banyak bahan kosmetik yang telah menjadi perhatian konsumen dalam beberapa tahun terakhir, pemahaman akan penelitian ini sering membingungkan.
Selain itu deodorant alami seperti BRV Deodorant tidak memakai Paraben, yang biasa digunakan deodorant konvensional sebagai pengawet. Karna itu, produk deodorant alami hanya bertahan 12 bulan saja.
Deodoran alami seperti BRV juga tidak mengandung 12 bahan baku kotor atau disebut "Dirty Dozen", yaitu istilah yang diciptakan oleh David Suzuki Foundation sebagai singkatan dari 12 bahan yang perlu diamati dalam produk perawatan pribadi. Umumnya digunakan dalam kategori item kecantikan apa pun, termasuk BHA dan BHT, pewarna tar batubara, DEA (diethanolamine), dibutyl phthalate, pengawet pelepas formaldehida, paraben, parfum, PEG, petrolatum, siloxanes, sodium laureth sulfate dan triclosan.
Sebagian deodoran alami mengunakan Baking Soda sebagai bahan baku aktif dalam menghilangkan bau badan. Baking soda sudah terkenal manfaatnya dalam menghilangkan bau pada kamar mandi dan hewan peliharaan, namun bagi sebagian orang, baking soda dapat membuat iritasi kulit. Bila menemukan bahan baking soda pada deodoran alami, lakukan test pada kulit anda terlebih dahulu.
Sebagian deodoran alami menyebut dirinya sebagai VEGAN deodorant, artinya sama sekali tidak menggunakan produk hewani dan turunannya, seperti beewax yang diproduksi lebah pekerja. BRV deodorant adalah salah satu deodoran alami yang tidak memakai beewax namun menggantinya dengan wax dari tumbuhan Candelila (Euphorbia Cerifera). Sehingga selain tidak memakai baking soda, BRV juga dapat menyebut dirinya sebagai produk Deodoran Vegan.
BRV Deodorant diproduksi di Jimbaran - Badung, Bali oleh pabrik kosmetik yang memiliki sertifikat ISO 9001-2015 (quality) dan berpuluh tahun memasok hotel, resort dan spa internasional di Bali dan belahan dunia lainnya.
Produk deodoran alami muncul di masa pandemi menjawab permintaan pasar akan produk perawatan tubuh yang berisiko rendah pada kesehatan. BRV deodorant memakai minyak atsiri tea tree sebagai anti bakterial dan mintak atsisi murni lainnya seperti lemon, peppermint, lemongrass, lavender, jasmine, dsb.
Uniknya BRV deodorant menggandeng brand lokal dan persona sebagai mitra kolaborasi, seperti BRV x Dagadu, brand legendaris dari Yogyakarta dengan aroma Jasmine Citrus, bersama Lawe sebuah lembaga pemberdayaan perempuan yang mengolah kain tradisi Lurik dengan aroma khas Litsea Lemon. Litsea adalah tanaman asli nusantara yang biasa dipakai dalam jamu/parem kocok. Juga varian BRV x Surfer Girl, brand legendaris Bali untuk peselancar muda perempuan dengan aroma Tea Tree Vanilla, dan banyak lainnya.
Selain itu juga bekerja sama dengan persona atau pribadi-pribadi unik yang mewakili profesi pilihan mereka, seperti Dwico, seorang perancang busana; Anneke Jodi pemain sinetron yang kini bermukim di Bali dengan aroma Lavender Rose, dan sebagainya.
Produk BRV deodorant dapat diperoleh secara online di Shopee dan Tokopedia, mengikuti perkembangan usaha digital.
https://linktr.ee/brvdeodorant
Comments